Los Mejores Poemas

Los Mejores Poemas. La poesía hoy en día tiene gran importancia, ya que nos permite ampliar nuestros horizontes. La lectura de poesía nos puede ayudar a tener….

Smartphone

独家优惠奖金 100% 高达 1 BTC + 180 免费旋转




Berdamai dengan Algoritma

Bisakah kita menjadikan jejaring sosial sesuai kebutuhan kita?

Saya ingat hari pertama saya menggunakan jejaring sosial. Teman saya menyarankan saya membuat akun Facebook pada 2010 untuk ‘bermain game’. Pertama saya menggunakan Facebook untuk membagikan hal-hal yang saya alami bersama dengan teman saya dan saling berkomentar. Seiring majunya waktu, saya mulai menggunakan Facebook untuk berbagi informasi-informasi, trivia, atau survei kecil-kecilan. Saat itu saya masih belum familiar dengan Beranda, yang belum se’meriah’ Beranda saya awal tahun ini.

Beralih dari Facebook, saya menyelami Twitter dan Instagram. Semuanya jejaring sosial yang saat itu relevan bagi anak-anak seumuran saya waktu itu, dan seperti biasa, saya berbagi pikiran dan informasi lewat kedua jejaring sosial tersebut. Saya juga menyambangi berbagai akun dari fitur Jelajahi, dimana saya menemui banyak hal yang saya sukai.

Saya kurang tahu bagaimana bisa Instagram dan Twitter menyajikan konten-konten yang saya sukai walaupun saya agak jarang membicarakannya. Saya hanya berinteraksi dengan akun-akun terkait via kunjungan akun dan likekiriman. Begitu pula Facebook; mereka mengubah urutan kiriman yang awalnya berdasarkan waktu kiriman (yang paling baru dikirim yang paling awal ditampilkan) menjadi yang paling menarik bagi saya yang paling awal ditampilkan.

Akhirnya saya menemukan jawaban atas perihal ini: algoritma. Algoritma ini disusun berdasarkan data-data yang terkumpul dari aktivitas saya di lapisan mereka. Kata kunci, akun yang dikunjungi, kiriman yang dilihat, semuanya dikumpulkan dan dikemas untuk selanjutnya diaplikasikan sebagai perantara saya dengan hal-hal lain yang saya minati.

Namun, algoritma ini semakin menjenuhkan. Bukan karena algoritma di jejaring sosial mulai jarang menyajikan apa yang saya sukai, namun justru hal yang saya tidak sukai, malah saya benci. Sebut saja kiriman dari orang-orang ekstrimis (saat saya masih religius, saya sering berinteraksi dengan hal-hal terkait agama), meme-meme sensitif, atau berita politik maupun gosip. Entah apa yang ada di pikiran saya, namun walaupun saya benci dengan kiriman-kiriman ini, saya ingin melihatnya. Rupanya, semakin sering saya berinteraksi, semakin banyak kiriman serupa. Mereka menjamur di Beranda saya, dan saya semakin jenuh membuka jejaring sosial. Bahkan saya pernah berhenti memakainya selama seminggu dalam satu acara liburan.

Saya mulai melakukan aksi untuk menghentikan ini. Pertama, saya mulai memblokir akun-akun yang mencuri waktu saya. Mudah saja mencari akun-akun seperti itu, bahkan dari beberapa klik saja sudah muncul. Selanjutnya saya mulai melaporkan kiriman-kiriman yang saya pikir berbahaya. Ternyata, kiriman-kiriman serupa masih ada di Beranda saya. Ada yang salah.

Kecurigaan saya bertambah saat saya mengetahui bahwa algoritma jejaring sosial dirancang untuk mendulang interaksi akun-pengguna, tak peduli apa reaksi pengguna. Mungkin kita sering terkecoh dengan clickbait, yang semakin sering terlihat semakin sering kita terjebak dengannya. Mungkin kita pernah melontarkan komentar keji terhadap figur politik di sebuah kiriman, lalu banyak kiriman serupa muncul. Mungkin kita pernah tak sengaja me-like foto gadis berbikini, lalu kiriman ‘gadis berbikini’ muncul lebih banyak. Dengan saya tahu ternyata algoritma ini memiliki peran besar dalam bisnis jejaring sosial, saya mencari cara lain.

“Bagaimana jika saya acuhkan kiriman seperti itu”?

Semakin banyak interaksi yang saya lakukan, makin terpicu algoritma untuk menyajikan konten serupa. Facebook, Instagram, YouTube, semuanya mengeksekusi algoritma yang serupa. Namun, setelah saya mengacuhkan kiriman-kiriman kontroversial dan beralih ke genre lain, saya akhirnya bisa menjinakkan algoritma saya. Saya ingat dalam kurun dua minggu kurang, laman Jelajahi Instagram saya perlahan mulai bersih dari kiriman-kiriman yang saya benci, kiriman yang dulu saya laporkan atau blokir berkali-kali. Sekarang, isinya hanya shitpost dan referensi pop culture, termasuk akun-akun cosplayer.

Algoritma dahulu memang sebuah teman bagi kita untuk menjelajahi Internet dan menemui orang-orang berpemikiran serupa. Namun sekarang, mereka butuh kekangan agar tidak membabi buta dan menjadikan jejaring sosial sebuah jebakan bagi orang-orang naif. Saya pikir ini masih terus berlanjut, namun apa peduli saya? Setidaknya sekarang saya sudah cukup dewasa untuk melontarkan reaksi terhadap kiriman yang saya benci.

Lagipula, ini semua hanya bisnis, sayang…

Add a comment

Related posts:

Girls Beach Pics at Teen Nude Girls

Welcome to the website with the most beautiful and most exciting sexy babes on the Internet. Enjoy hand selected galleries with naked girls that will leave you breathless. They are nude, sexy and…

Best zone to spot tiger in jim corbett national Park

Jim Corbett National Park is one of the best places in India to spot tigers in the wild. However, tiger sightings are never guaranteed as they are elusive animals and roam freely in the park. That…